Tak Punya Anak Kandung: Pendiri Telegram Wariskan Harta ke 100 Anak Asuh
Dunia kembali dikejutkan oleh keputusan tidak biasa dari seorang tokoh teknologi terkemuka. Pavel Durov, pendiri aplikasi pesan instan Telegram, baru-baru ini mengumumkan niatnya untuk mewariskan seluruh harta kekayaannya kepada 100 anak asuh, meski ia tidak memiliki anak kandung. Keputusan ini bukan hanya mencuri perhatian publik, tetapi juga menjadi simbol dari keberanian untuk menabrak norma pewarisan yang lazim.
Mewariskan Lebih dari Kekayaan
Pavel Durov dikenal sebagai sosok visioner yang berdiri di balik Telegram, aplikasi yang menjunjung tinggi privasi dan kebebasan berkomunikasi. Namun, langkah terbarunya menunjukkan bahwa nilai-nilai itu tidak hanya terbatas pada teknologi, tetapi juga meresap ke dalam cara hidupnya.
Alih-alih menyerahkan kekayaannya pada kerabat atau badan amal besar, Durov memilih membangun masa depan bagi 100 anak asuh yang akan ia anggap sebagai anak-anaknya sendiri. Ia menegaskan bahwa hak mereka akan setara satu sama lain. Tak ada anak yang “lebih berhak” atau “lebih utama”. Semuanya mendapatkan bagian yang sama—baik secara finansial maupun secara moral.
Menabrak Tradisi, Merangkul Kemanusiaan
Di dunia yang masih banyak mengukur nilai seseorang berdasarkan garis darah, keputusan Durov terasa revolusioner. Ia secara terbuka menyatakan bahwa ikatan kasih sayang, perhatian, dan nilai hidup jauh lebih penting daripada hubungan biologis. “Saya ingin mewariskan sesuatu bukan hanya pada mereka yang berbagi DNA dengan saya, tetapi pada mereka yang bisa membawa nilai-nilai saya ke masa depan,” ujarnya dalam sebuah wawancara.
Langkah ini menuai pujian dari berbagai kalangan. Banyak yang menyebutnya sebagai bentuk filantropi baru—bukan sekadar menyumbang, tapi menciptakan ikatan sosial dan tanggung jawab antargenerasi yang kuat.
Bukan Sekadar Harta, Tapi Harapan
Warisan yang akan ditinggalkan Durov bukan hanya soal nominal yang mungkin mencapai miliaran dolar. Yang jauh lebih bernilai adalah kesempatan dan kepercayaan yang ia berikan pada 100 anak tersebut. Dengan akses terhadap pendidikan, dukungan moral, dan lingkungan yang sehat, anak-anak ini bukan hanya akan menerima warisan, tapi akan dididik untuk menjadi pewaris nilai dan misi hidup.
Dalam dunia yang sering kali dipenuhi ketimpangan dan ketidakadilan sosial, langkah Durov menjadi angin segar. Ia menunjukkan bahwa harta bukan hanya bisa diwariskan ke keluarga, tapi juga bisa menjadi alat membangun komunitas masa depan yang lebih adil dan merata.
Pavel Durov telah membuktikan bahwa inovasi tidak hanya soal teknologi, tapi juga bisa menyentuh aspek kemanusiaan paling mendasar: rasa peduli dan tanggung jawab terhadap sesama. Keputusan untuk mewariskan hartanya kepada 100 anak asuh adalah bukti bahwa dunia bisa berubah menjadi lebih baik—bukan hanya lewat kode dan algoritma, tetapi juga lewat cinta, empati, dan keberanian mengambil langkah berbeda.